Minggu, 27 Maret 2011

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG IMUNASI TT DI RUANG KIA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan suatu negara dengan tolak ukur global adalah Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM adalah wujud kesejahteraan rakyat yang ditentukan oleh Index Daya Beli (IDB), Index Kesehatan (IK), dan Index Pendidikan (IP). Pada indeks kesehatan indikator yang digunakan untuk menghitung IPM adalah Umur Harapan Hidup (UHH), indikator ini sangat dipengaruhi oleh Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). (Dinas Kesehatan Kota Cirebon, 2008)
 Indikator yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan UHH adalah AKB, dimana dikatakan semakin rendah AKB di suatu daerah maka akan semakin tinggi UHH di daerah tersebut. Hal ini disebabkan karena ibu dan bayi merupakan kelompok yang mempunyai tingkat kerentanan yang besar terhadap penyakit dan kematian. (Dinas Kesehatan Kota Cirebon, 2008)
AKB di  Indonesia menurut hasil sensus penduduk tahun 1990 masih cukup tinggi, yaitu 36 per 1000 Kelahiran Hidup (KH), ada kesenjangan AKB menurut di perkotaan dan di pedesaan serta pada kawasan Timur Indonesia, Jawa Bali, Sumatera dan Jawa Barat. AKB di pedesaan 59 per 1000 KH, lebih tinggi di bandingkan dengan perkotaan 39 per 1000 KH.
AKB menurut kawasan, yang tertinggi di kawasan Timur Indonesia yaitu 62 per 1000 KH, diikuti Jawa Bali 52 per 1000 KH, Sumatera 39 per 1000 KH sedangkan di Jawa Barat masih di atas rata – rata yaitu sebesar 40 per 1000 KH, AKB berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 sebesar 34 per 1000 KH, AKB di Jawa Barat berdasarkan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat tahun 2005 sebesar 35 per 1000 KH dan menurut Profil Dinas Kesehatan Jawa Barat tahun 2008 di wilayah Kotamadya Cirebon AKB sebesar 49 per 5580 KH. Data menunjukan bahwa setiap tahunnya didunia ini terdapat 1,5 juta kematian bayi berusia 1 minggu dan 1,4 juta bayi lahir mati (Tinker, 1997).
Penyebab utama kematian bayi adalah tetanus (10%), asfiksia (27 %), BBLR (29%), dan lain-lain (34 %). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 dan 1992 menunjukan bahwa penyakit Tetanus Neonatorum selalu berada pada kelompok 3 besar penyebab utama kematian bayi, dimana sebenarnya penyakit ini dapat di cegah dengan pemberian imunisasi TT pada ibu saat hamil. Tanpa imunisasi, 1 per 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus. (Khalidatunnur,dkk, 2007).
Upaya pencegahan yang dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat tetanus neonatorum, pada ibu hamil maupun pada Wanita Usia Subur (WUS) adalah dengan pemberian imunisai TT. Pada WUS imunisasi TT dikatakan lengkap jika seorang wanita telah di imunisasi sebanyak 5 kali dengan kriteria tertentu (5T).
Tetanus Neonatorum merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius disebagian besar negara berkembang dimana cakupan pelayanan kesehatan antenatal dan imunisasi TT kepada ibu hamil masih rendah. Selama lima tahun terakhir insidens Tetanus Neonatorum di negara - ­negara berkembang menurun dengan drastis karena pemberian imunisasi TT kepada ibu hamil walaupun telah terjadi penurunan drastis namun WHO masih mencatat sekitar 500.000 kematian tetanus neonatorum terjadi setiap tahun di negara-negara berkembang (Ksuheimi, 2007).
Sebagian besar bayi yang terkena tetanus biasanya lahir dari ibu yang tidak pernah mendapatkan imunisasi TT dan ditolong oleh dukun beranak diluar rumah sakit. Penyakit tetanus muncul biasanya disebabkan oleh masuknya spora tetanus melalui puntung tali pusat yang dipotong dengan alat yang tidak steril pada waktu bayi lahir atau spora masuk melalui puntung tali pusat karena dibalut dengan pembalut yang tidak steril atau karena diberi ramu­an-ramuan yang terkontaminasi oleh spora tetanus. Di negara berkembang tali pusat sering dipotong dengan pisau dapur atau sembilu dan pemberian ramu-ramuan seperti kunyit dan abu dapur ini merupakan bagian dari ritual pada masyarakat tertentu ditunjukan untuk bayi yang baru lahir,(Rusepno Hassan, 1985).
Ciri khas tetanus neonatorum adalah pada mulanya beberapa hari setelah lahir bayi menangis keras dan mengisap susu dengan kuat, namun beberapa hari kemudian tidak bisa mengisap susu lagi karena trismus, kaku otot dan kejang seluruh tubuh, risus sardonicus (mulut mencucu seperti mulut ikan), opisthotonus.(Rusepno Hassan, 1985). Masa inkubasi rata-rata 6 hari dengan rentang dari 3 - 28 hari. Secara keseluruhan Tetanus Neonatorum sangat tinggi, diatas 80% untuk masa inkubasi yang pendek (Ksuheimi, 2007).
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya Tetanus Neonatorum yaitu : meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan antenatal dengan pemberian imunisasi TT kepada wanita usia subur (WUS) termasuk kepada ibu hamil dan meningkatkan cakupan pertolongan persalinan yang dilakukan tenaga profesional  (Ksuheimi, 2007).
Kota Cirebon memiliki beberapa sarana pelayanan kesehatan masyarakat seperti 8 RS dan 21 puskesmas yang dapat memberikan pelayanan TT pada ibu hamil.
Puskesmas Jl. Kembang merupakan salah satu puskesmas yang berada di wilayah kota Cirebon. Berdasarkan data yang diperoleh pada bulan Januari dan Februari 2009 jumlah populasi ibu hamil (bumil) 75 orang. Puskesmas Jalan Kembang merupakan salah satu puskesmas yang memiliki cakupan TT diatas target yaitu 97,3% dari target 80%, secara teori banyak hal yang dapat mempengaruhi mengapa cakupan imunisasi TT di puskesmas dapat tercapai antara lain: ketersediaan vaksin, jumlah petugas yang melayani dan pengetahuan ibu hamil. Belum ada data mengenai hal apa yang dapat menyebabkan cakupan imunisasi TT di Puskesmas Jl. Kembang dapat mencapai target, apakah hal ini dikarenakan tingginya kesadaran ibu hamil atau tingkat pengetahuan ibu hamil yang cukup baik atau dipengaruhi karakteristik yang dimiliki oleh ibu hamil seperti umur, pekerjaan, pendidikan, dan paritas sehingga hal tersebut dapat terjadi.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul ”Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Imunisasi TT berdasarkan karakteristik di Ruang KIA Puskesmas Jl. Kembang Kota Cirebon Tahun 2009”

B.     Rumusan Masalah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar